Kamis, 03 November 2011

PENGARUH KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 2011


 
 
 
 
 
 Situasi keuangan dunia yang makin tak menentu seakan menjadi ancaman bagi perekonomian dunia. Bagaimana tidak, Amerika Serikat masih juga belum menemukan titik temu dalam perdbatan antara pemerintah dan kongres mengenai kenaikan pagu utang, dan efisiensi anggaran. Bila hingga tanggal 2 Agustus 2011 mendatang, pemerintah AS dan kongres tak juga sepakat untuk menaikkan pagu utang senilai US$ 14,3 trilyun, dapat dipastikan Amerika akan mengalami gagal bayar terhadap utang-utangnya dan akibatnya rating Amerika Serikat yang sejak 1917 bertengger di AAA akan di downgrade oleh lembaga pemeringkat utang macam Moody’s, Standard Poor’s dan Fitch. Sejumlah pihak meramalkan hal ini sebagai awal kehancuran perekonomian dunia, karena Amerika Serikat sebagai pusat keuangan dunia dan pasar ekspor yang besar bagi banyak negeri exportir, akan mengalami kekacauan, biaya dana akan meningkat, daya beli akan menurun, dan diperkirakan hal ini akan berpengaruh cukup besar bagi negara di dunia
Sementara dari belahan benua lainnya, Eropa, krisis yang dialami Yunani masih juga belum dapat diselesaikan. Yunani mengalami kebangkrutan dan frustasi. Uni Eropa juga belum kompak. Program penghematan yang hendak dilakukan pemerintahan PM George Papandreou, sebagai syarat untuk memperoleh dana talangan dari trio IMF, Uni Eropa dan European Central Bank, mendapat tentangan cukup kuat dari warganya.
Situasi demikian seakan menjadi ancaman bagi perekonomian di seluruh dunia, karena Amerika dan Eropa menjadi kiblat perekonomian dunia. Namun, apakah dampak situasi tersebut bagi perekonomian Indonesia?
Seminggu ini saya sedang banyak berpikir, apakah saya harus merelokasi investasi di saham, dan reksadana berbasis saham yang saya miliki, terutama untuk saham perusahaan yang berbasis ekspor. Kekhawatiran sempat juga melanda, apalagi bila melihat harga emas dunia yang dianggap dapat menjadi alat lindung nilai, yang terus meroket. Sementara nilai tukar US Dollar juga terus merosot. Walaupun tidak melakukan restrukturisasi besar-besaran terhadap ragam investasi yang saya miliki, tapi sedikit banyak saya juga mulai mengkonversi simpanan dalam US Dollar serta menambah kepemilikan logam mulia.
Namun saya mencoba membuka catatan mengenai Indonesia yang saya miliki. Indonesia ternyata tetap memiliki catatan yang unik dibanding negara-negara lain di regional maupun dunia. Untuk periode Desember 2010 hingga Juli 2011, Bursa Efek Indonesia mengalami pertumbuhan 8,11 persen, mengalahkan Malaysia yang tumbuh 4,99 persen dan Korea yang tumbuh 6,31 persen. Sementara Bursa Shanghai, Hongkong dan Singapura malah mencatatkan penurunan, masing-masing sebesar 0,37%, 1,34% dan 1,22%. Dalam beberapa moment, saya mengamati bursa Indonesia sering menghijau di kala bursa regional terhempas.
Situasi perekonomian dunia yang memburuk dapat dibaca secara positif sebagai peluang untuk mengembangkan  pasar uang Indonesia untuk lebih tumbuh. Mengapa? Karena perekonomian Indonesia didukung oleh konsumsi dalam negeri yang cukup besar dan pertumbuhan kelas menengah di Indonesia yang cukup tinggi. Selain itu kondisi pemerintahan yang relatif stabil dan inflasi yang terkendali serta cadangan devisa bulan ini yang mencapai USD 119 miliar, menjadi alasan pendukung bagi tumbuhnya perekonomian Indonesia.
Tampaknya Indonesia akan menjadi pilihan fund manager untuk mengembangkan investasinya di kala situasi dunia yang kurang baik. Situasi ekonomi dunia akan menguntungkan Indonesia dan Indonesia akan tetap mengalami pertumbuhan yang baik hingga 2012 mendatang. Jadi untuk tahun 2011 ini, situasi pasar uang Indonesia saya rasa akan tetap baik, meski berbagai koreksi akan dialami Indonesia, walau tidak signifikan. Namun tak ada salahnya bagi kita untuk mendiversifikasi investasi terutama dalam emas dan property untuk mengurangi tingkat resiko yang tak diinginkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar