Rabu, 10 November 2010

inflasi 2010 bisa tujuh persen

Inflasi 2010 Bisa Tujuh Persen



Sabtu, 03 Oktober 2009
Kenaikan Harga – Kenaikan Harga pada September di Luar Perhitungan
Perubahan pola subsidi akan mendorong inflasi tahun depan mencapai tujuh persen.

JAKARTA , Laju inflasi tahun 2010 diperkirakan bisa mendekati tujuh persen. Laju inflasi yang cepat disumbangkan oleh komponen harga yang diatur pemerintah (administered price).

"Proyeksi kami inflasi 2010 adalah 6,7 persen. Bahkan Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi 2010 sebesar 7,5 persen.

Perkiraan percepatan laju inflasi juga merupakan akibat dari perubahan harga-harga yang diatur pemerintah, seiring perubahan pola subsidi," kata ekonom Bank Danamon Helmi Arman di Jakarta, Jumat (30/9).

Pada 2010, pemerintah merencanakan perubahan pola subisidi dari harga menjadi terarah (targetted). Subsidi akan diberikan langsung kepada kelompok masyarakat yang membutuhkan, tidak lagi dengan intervensi harga.

Dengan potensi tersebut, menurut Helmi, dibutuhkan upaya ekstra dari otoritas fiskal dan otoritas moneter dalam pengelolaan inflasi.

Otoritas fiskal harus mampu menjaga kecukupan pasokan barang dan jasa, sementara otoritas moneter melakukan stabilisasi nilai tukar dan suku bunga.

Menurut Direktur Statistik Harga BPS Sasmito Hadiwibowo, laju inflasi inti yang lebih lebih rendah dari inflasi umum menunjukkan otoritas fiskal dan moneter mampu meredam inflasi agar tidak terlalu tinggi.

"Pada dasarnya, inflasi yang sepantasnya terjadi adalah inflasi inti. Inflasi inti tidak mudah berubah seiring pergerakan harga barang dan jasa, dan cenderung bersifat permanen," kata Sasmito.

Saat inflasi inti lebih tinggi dibanding inflasi umum, lanjut Sasmito, maka pasti ada ada komponen yang menarik inflasi ke bawah. "Dalam hal ini, komponen tersebut adalah administered price (barang dengan harga diatur pemerintah)," ujar dia.

Inflasi inti adalah inflasi komoditas yang perkembangan harganya dipengaruhi oleh faktor-faktor fundamental, seperti ekspektasi inflasi, nilai tukar, serta keseimbangan permintaan dan penawaran agregat. Ini akan berdampak pada perubahan harga-harga secara umum dan lebih bersifat permanen.

Saat inflasi inti stabil, maka pergerakan harga secara umum dapat dikatakan terjaga.

"Laju inflasi inti yang relatif stabil memang bagus. Namun, inflasi inti yang masih cukup tinggi memberikan gambaran adanya tekanan inflasi di masa mendatang," kata Helmi.

Inflasi inti, lanjut Helmi, menunjukkan faktor fundamental, yang bersifat permanen. "Dampak inflasi inti yang tinggi saat ini menjadi basis adanya potensi tekanan inflasi yang dapat dirasakan tahun depan," kata dia.


Meredam Harga

Pada Agustus, laju inflasi administered price secara tahunan adalah -5,73 persen. "Artinya, pemerintah mampu meredam kenaikan harga sehingga inflasi lebih rendah dari yang sepantasnya," ujar Sasmita.

Pengelolaan inflasi selama September dinilai cukup baik, karena komponen inflasi inti stabil.

"Inflasi inti pada September relatif stabil, yaitu 4,86 persen secara year on year. Pada Agustus, inflasi inti year on year adalah 4,84 persen," kata Helmi.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan enggan untuk menilai kinerja pengelolaan inflasi September. "Ada hal yang di luar perhitungan yang terjadi pada September," ujar dia.

Selama ini, lanjut Rusman, kinerja pengelolaan inflasi selalu dinilai dari harga bahan-bahan pokok, terutama makanan.

"Namun pada September, inflasi juga disumbangkan oleh kenaikan harga pada kelompok transportasi, yang sebelumnya tidak diperhatikan dalam menilai kinerja pengelolaan inflasi," kata dia.

Inflasi untuk bahan pokok sendiri, tambah Rusman, dalam dua bulan terakhir memang cukup cepat.

"Begitu juga inflasi umum. Namun, ada excuse karena kita sudah terbiasa dengan inflasi yang rendah sejak awal tahun," kata dia.

Salah satu barang administered price yang sangat memengaruhi inflasi adalah bahan bakar minyak (BBM). Kenaikan harga BBM selalu diikuti dengan percepatan laju inflasi.

Pada 2008, laju inflasi mencapai 11,04 persen akibat kenaikan harga BBM pada akhir Mei. Dalam RAPBN 2010, pemerintah mengajukan besaran anggaran subsidi BBM sebesar 59 triliun rupiah. Meningkat dibandingkan alokasi pada 2009, yaitu 54 triliun rupiah. 

sumber : http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=22797

Tidak ada komentar:

Posting Komentar